Hal itulah yang memotivasi seorang Ibnu Muslim (42) sekaligus menginspirasi 25 orang, terdiri dari 22 laki-laki dan tiga perempuan eks TKI bermasalah (TKI-B), WNI Overstayers (WNIO), TKI purna dan keluarganya.
Para mantan TKI itu baru saja mengikuti 'Pemberdayaan Terintegrasi bagi TKI purnama/WNIO, TKI-B dan Keluarga' yang diadakan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) melalui LP3TKI Surabaya bersama P4TKI Madiun di Kantor Majelis Wakil Cabang Nahdhatul Ulama (MWC-NU) Jalan Gentengan III Kecamatan Ngunut, Tulungagung, Senin (2/11/2015) lalu.
Ibnu adalah eks TKI Korea yang bekerja pada 1995 sampai 1997. Sejak 2003 hingga sekarang, bapak tiga anak itu menekuni bisnis sebagai pembudidaya ikan air tawar di rumahnya di Dusun Setono, Desa Bendijati Wetan, Kecamatan Sumber Gempol, Kabupaten Tulungagung.
Selain berbisnis, Ibnu atau akrab disapa Benu atau Benok sehari-harinya menjadi pengajar di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) "Mina Makmur" Kabupaten Tulungagung. Di depan para peserta pelatihan itu ia berbagi pengalaman dan suka dukanya hingga sukses menjadi pembudidaya ikan air tawar yang memiliki 42 petak kolam ikan.
"Saya mengawali budidaya ikan air tawar ini pada 2002 dengan tiga kolam ikan, dan sekarang sudah 42 kotak kolam ikan," kata Benu.
Bermodal gaji sebagai TKI di Korea pada pertengahan 1990-an, Ibnu sukses menjadi pembudidaya ikan air tawar. Dari hanya punya tiga kolam, kini ia punya 42 kolam ikan. Tak menyerah pada nasib.
Tak kisah Benu terdengar manis. Sebelum sukses menekuni budidaya ikan air tawar, lanjut dia, sepulang dari Korea pada 1997 dirinya mencoba menekuni budidaya ternak jangkrik.
Usahanya tak mulus. Bisnis jangkrik itu bangkrut. Dunia belum menjadi milik Benu
Bangkit dan sukses
Benu tak patah arang. Ia lalu beralih untuk beternak ayam. Itu pun tak berbuah manus. Ternak ayamnya juga bangkrut di tengah jalan. Sampai akhirnya, Benu memutuskan bertani semangka.
"Menjelang dipanen malah habis dipanen orang," katanya.
"Dari tiga usaha itu, saya praktis bangkrut. Uang yang diperoleh selama bekerja di Korea hampir-hampir habis," kisah Benu.
Namun, lanjut Benu, dirinya masih juga tidak menyerah pada keadaan. Padahal, pada waktu itu dia baru berumah tangga. Bahkan, ia masih harus menanggung empat adik kandungnya dan dua adik iparnya.
"Dengan modal dari sisa uang gaji saat jadi TKI di Korea yang tinggal sedikit itu saya justeru merasa tertantang untuk berwirausaha mandiri," tutur Benu.
Pada 2002, Benu memulai usaha budidaya ikan air tawar. Ia merogoh kocek untuk membeli tiga kotak kolam ikan. Dua kolam masing-masing berukuran 4 meter x 9 meter, sedangkan satu kolam lainnya berukuran 3 meter x 7 meter.
"Saya bertekad, dalam setahun setidak-tidaknya bisa membangun satu kotak kolam ikan," tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, Benu pun mengembangkan wirausaha ikan air tawar. Dari hanya beternak, ia menjual telur ikan, menekuni pembibitan, pembesaran, hingga pengolahan.
"Wirausaha ikan ini tak ada yang dibuang, tidak hanya daging dan kulit ikan. Bahkan, duri ikan pun dapat dikelola menjadi makanan ringan berupa kripik duri ikan," katanya.
Benu mulai menemukan hasil. Dari wirausaha budidaya ikan air tawar tersebut, kolamnya terus bertambah. Kini ia punya 42 kotak kolam ikan.
Tak hanya itu. Dia juga menjadi pengajar di P2MKP "Mina Makmur" Kabupaten Tulungagung. Namanya seringkali didapuk menjadi narasumber, motivator dan inspirator dalam berbagai pelatihan di Kabupaten Tulungagung maupun di luar Kabupaten Tulungagung.
sumber :
http://ekonomi.kompas.com/read/2015/11/06/201100726/Ibnu.Muslim.Mantan.TKI.yang.Sukses.Jadi.Bos.Budidaya.Ikan.Air.Tawar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar